“Perempuan sebagai pendukung Peradaban! Bukannya karena perempuan yang dipandang cocok untuk tugas itu… tapi (karena dari) perempuanlah dapat dipancarkan pengaruh besar, yang berakibat sangat jauh, baik yang bermanfaat maupun yang merugikan…. Dari perempuan, manusia menerima pendidikannya yang pertama-tama, di pangkuannya anak belajar merasa, berpikir, berbicara… Dan bagaimana ibu-ibu bumiputera itu dapat mendidik anak-anak mereka kalau mereka sendiri tidak terdidik?”

Paragraf di atas adalah sebagian nukilan dari pemikiran Raden Ajeng Kartini, lebih dari satu abad yang lalu. Dalam usia yang relatif muda, saat itu beliau sudah memiliki pandangan yang kukuh dengan segala resiko yang harus dihadapi, pandangan yang sedemikian mendobrak “paugeran” yang berlaku pada masa itu dimana perempuan masih dimarginalkan, dianggap tidak penting untuk menjadi manusia yang terdidik, dianggap cukup dengan kemampuan yang diungkapkan secara stereotip “sing penting iso macak, masak dan manak”.

Beruntunglah Raden Ajeng Kartini memiliki keluarga yang juga sangat concern terhadap pendidikan. Meskipun masih dibatasi dengan tembok keraton waktu itu, Kartini kecil masih dapat memuaskan dahaganya untuk memperoleh pengetahuan, bahkan memiliki kesempatan untuk bergaul dan bersahabat dengan teman-teman dari Belanda yang semakin membuka cakrawala pemikiran dan gagasan tentang pentingnya pendidikan bagi kaumnya. Paragraf di atas adalah sebagian nukilan dari pemikiran Raden Ajeng Kartini, lebih dari satu abad yang lalu. Dalam usia yang relatif muda, saat itu beliau sudah memiliki pandangan yang kukuh dengan segala resiko yang harus dihadapi, pandangan yang sedemikian mendobrak “paugeran” yang berlaku pada masa itu dimana perempuan masih dimarginalkan, dianggap tidak penting untuk menjadi manusia yang terdidik, dianggap cukup dengan kemampuan yang diungkapkan secara stereotip “sing penting iso macak, masak dan manak”.

Ditinjau dari sudut kekinian, dewasa ini kesempatan bagi kaum perempuan untuk memperoleh kemajuan diri melalui pendidikan sudah begitu pesat perkembangannya. Kian banyak perempuan-perempuan yang menorehkan namanya dalam sejarah kemajuan perempuan, baik dalam karir, profesi maupun dalam bidang sosial budaya, kian banyak perempuan yang mengerahkan kemampuannya bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Saat ini telah terjadi pergeseran paradigma pemahaman terhadap frase “macak, masak dan manak”. Macak dalam paradigma kekinian adalah kemampuan seorang perempuan untuk tampil lebih menarik dalam artian secara kepribadian lebih matang, kemauan untuk selalu menimba informasi dan belajar dalam bentuk apapun, dapat memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan, termasuk diantaranya kesempatan untuk bekerja di luar rumah. Masak, bahwa seorang perempuan di masa sekarang harus bisa memberikan asupan gizi yang baik bagi keluarganya sesuai dengan kemampuan ekonomi yang ada, mengingat sumber gizi tidak selalu identik dengan sesuatu yang mahal. Digalakkannya penanaman buah dan sayur di pekarangan dan Tanaman Obat Keluarga merupakan salah satu usaha dalam rangka peningkatan asupan gizi keluarga. Manak, bahwa seorang perempuan yang menjadi ibu harus mampu merawat anaknya sejak masih dalam kandungan, menjaga kesehatan selama mengandung, membesarkan, mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, memberikan bekal spiritual yang cukup, dan memberi ruang bagi anaknya untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu, sudah menjadi kebutuhan bagi seorang perempuan untuk selalu menambah ilmu dan pengetahuannya.

Di lingkungan Pemerintah Kabupaten Rembang, sampai dengan bulan Desember 2015 jumlah PNS adalah 8.244 orang. Dari jumlah tersebut, 44 % adalah PNS perempuan. Hal ini membuktikan bahwa di lingkup Kabupaten Rembang, kiprah perempuan sudah tidak dapat lagi dipandang sebelah mata. Mulai dari guru, tenaga kesehatan, jabatan fungsional umum, jabatan struktural esselon IV dan III sampai dengan jabatan  Kepala SKPD eselon II sudah mulai diduduki oleh kaum perempuan.

Di lingkup Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Rembang, di tengah tuntutan yang semakin beragam terhadap peranan perempuan di masa sekarang ini, tentu saja dibutuhkan juga ruang gerak yang lebih luas bagi PNS perempuan dalam mengembangkan dirinya. Semakin besarnya kesempatan untuk berkiprah dalam ranah pelayanan publik memberikan konsekuensi bagi perempuan PNS untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kompetensinya guna mendukung tugas-tugasnya. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dapat menjadi salah satu solusi terhadap pemenuhan konsekuensi ini. Saat ini semakin banyak jenis diklat dalam jabatan yang bisa diikuti oleh PNS (baca : perempuan)  baik diklat kepemimpinan, diklat teknis maupun diklat fungsional, yang dapat meningkatkan kompetensi sesuai dengan uraian tugas masing-masing.

Pada banyak kasus, PNS perempuan seringkali belum memperoleh keleluasaan untuk mengembangkan kompetensinya karena hambatan dari keluarga baik karena tidak mendapatkan ijin dari suami maupun karena secara psikologis sebagai seorang ibu dan istri merasa berat meninggalkan anak-anak dan keluarganya untuk mengikuti diklat dalam durasi waktu yang relatif lama. Sementara itu di pihak lain, bila seorang perempuan PNS lebih mengedepankan kebutuhan akan pengembangan kompetensinya, terkadang terjadi permasalahan internal rumah tangganya karena anak-anak menjadi sedikit terabaikan. Kondisi ini tentu saja cukup menjadi persoalan bagi perempuan PNS dan menjadi dilema dalam pengembangan kompetensinya. Meskipun kewajiban mendidik anak-anak dan mengurus rumah tangga adalah kewajiban bersama antara suami dan istri, namun tidak dapat dipungkiri bahwa istri atau ibu secara kodrati memiliki naluri untuk memberikan porsi yang lebih besar dalam mengurus rumah tangga dan anak-anaknya.

Oleh karena itu, menjadi tanggungjawab dari semua pihak baik pemerintah daerah terkait dengan pemenuhan kesempatan dan anggaran diklat, kemauan dari PNS yang bersangkutan dan juga terutama dukungan dari pihak keluarga. Dibutuhkan komunikasi dan kerjasama yang baik antar anggota keluarga dan saling pengertian terhadap tugas dan kewajiban masing-masing. Namun demikian bagi perempuan PNS yang bersangkutan juga sebaiknya tidak melupakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang istri dan juga ibu yang baik. Jangan sampai semangat untuk berkembang dalam karir dan memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungannya justru menimbulkan permasalahan dalam rumah tangga serta mengabaikan proses tumbuh kembang anak-anaknya.

Dengan peran ganda yang diemban seorang perempuan pekerja, dituntut kelihaian untuk tetap on the track serta adanya kerjasama dan dukungan penuh dari suami dan keluarga, sehingga semuanya bisa berjalan dengan lancar. Disitulah justru letak keistimewaan perempuan-perempuan pekerja, yang di samping mengembangkan potensi dan karirnya juga harus tetap menjaga keselarasan wilayah domestik rumah tangganya, memenuhi tanggungjawab sebagai seorang ibu rumah tangga, seorang istri sekaligus seorang ibu yang memiliki kewajiban mendidik anak-anaknya, selaras dengan nukilan pemikiran Raden Ajeng Kartini di atas.

Salut dan apresiasi yang tinggi bagi perempuan PNS di lingkup Pemerintah Kabupaten Rembang !

 

oleh : Susi Candrayani S.Sos, M.Si (Kepala Sub Bidang Diklat BKD Rembang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.